Kamis, 21 November 2013

Mendaur Ulang Sampah Elektronik




Di era moderen saat ini penggunaan peralatan elektronik menjadi suatu keharusan yang tak terelakan lagi. Aktifitas kehidupan saat ini tidak akan bisa terlepas dari peralatan elektronik. Mulai dari kebutuhan di dapur seperti : penanak nasi (rice cooker), oven microwave, kompor listrik, blender, kulkas, mesin cuci, dan dispenser ; kebutuhan informasi dan hiburan seperti televisi, radio, komputer dan laptop ; kebutuhan komunikasi seperti telepon genggam (HP), serta kebutuhan kenyamanan seperti pendingin ruangan (AC), kipas angin, tidak akan pernah jauh dari kegiatan kita sehari-hari.
Seiring berjalannya waktu, penggunaan produk elektronik ini akan terus meningkat seiring dengan tuntutan modernitas, teknologi, kebutuhan yang semakin kompleks serta kepraktisan pemakaiannya. Tanpa disadari ini akan meningkatkan jumlah sampah yang dihasilkan dari produk-produk ini atau yang lebih populer dengan sebutan electronic waste (E-waste), tanpa kita tahu atau mungkin tidak peduli dibuang kemana sampah-sampah elektronik ini.
Padahal di dalam produk elektronik terkandung komponen-komponen yang berbahaya bagi lingkungan dan dikategorikan sebagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) seperti merkuri, timbal, kromium, arsenik dan lain-lain. Untuk itu perlunya penanganan khusus limbah jenis ini agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya dan aman bagi manusia. Pendaur-ulangan sampah elektronik ini menjadi sangat krusial saat ini tidak hanya sebagai solusi penanganan masalah lingkungan seperti yang disebutkan sebelumnya tetapi juga untuk mendapatkan kembali material-material yang terkandung di dalamnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan bisa dimanfaatkan kembali untuk bahan baku pembuatan produk baru.
Untuk mengetahui seberapa ekonomis proses daur ulang limbah elektronik ini, perlu diketahui terlebih dahulu komposisi dari limbah ini. Untuk setiap produk elektronik tentunya mempunyai komposisi yang berbeda tergantung jenis dan juga produsennya. Berikut beberapa contoh komposisi material untuk produk TV, komputer (PC) dan kulkas secara umum.

Gambar 1. Komposisi material dari televisi (Dodbiba et al, 2008)
Gambar 2. Komposisi material dari kulkas (Chatterjee, 2009)
Melihat komposisi material dari produk elektronik ini, kita bisa simpulkan bahwa nilai ekonomisnya sangat tinggi. Beberapa material bisa didaur ulang seperti plastik, baik itu untuk menghasilkan bahan baku plastik kembali ataupun diolah untuk menghasilkan bahan bakar setara dengan bensin dan solar, kemudian aneka macam logam seperti besi, tembaga, aluminium tentunya sangat bernilai ekonomis tinggi kalau bisa dimanfaatkan lagi, belum lagi beberapa logam dalam jumlah yang kecil tetapi sangat bernilai seperti perak dan emas tentunya menjadikan daur ulang ini sangat menjanjikan ke depannya.
Gambar 3. Contoh daur ulang sampah elektronik dari telepon genggam dan komputer di Jepang
Beberapa teknologi telah diterapkan di negara maju untuk proses daur ulang limbah elektronik ini. Sebagian teknologi memberikan performa yang cukup bagus untuk dikembangkan. Sebagai negara berkembang, Indonesia tentunya berkeinginan mengadopsi teknologi tersebut, tentunya dengan penyesuaian untuk kondisi di Indonesia. Mengingat umumnya di negara asalnya, teknologi tinggi menjadi ciri khas produk mereka, sehingga penyesuaian menjadi teknologi menengah yang mampu dibuat dan diproduksi di dalam negeri menjadi poin penting penerapannya di Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar