Proses daur ulang plastik
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan
kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan
plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada
tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk
membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia
plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan
bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai
(YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih
terbatas pada tahap penelitian. Ada
dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama
plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua
kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya.
Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai
substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh
Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas
dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel
konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu
plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan
plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur
ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi
dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu
(lebih kurang 200°C).
Proses
daur ulang plastik dengan menggunakan mesin khusus:
1.
Sortir,
memisahkan bahan baku
dan membuang material/ benda asing yang tidak diharapakan masuk ke dalam proses
daur ulang.
2.
Pemotongan
dan merajang plastik dalam bentuk asalnya (kantong atau lembaran plastik.
3.
Pencucian
agar tidak menggangu proses penggilingan, dg cara Prewashing menggunakan media
cair sebagai sarana untuk memisahkan material-material asing terutama agar
tidak ikut dalam proses selanjutnya yaitu Pencucian Tahap 2 menggunakan mesin
friction waterdimana materi dicuci kembali oleh ulir menanjak yang berputar
pada putaran tinggi sehinggga hasil dari friksi dapat melepaskan material asing
yang masih terdapat pada bahan.
4.
Pengeringan
secara mekanik yaitu dengan memeras material dengan gerakan memutar sehingga
air dapat keluar dan dengan menguapkan air pada suhu tertentu agar bahan
benar-benar terbebas dari suhu yang melekat.
5.
Pemanasan
yaitu material yang telah bersih dari pengotor dilelehkan dengan proses
pemanasan material pada suhu 200 derajat C dimana suhu panas dihasilkan oleh
heater dan selanjutnya lelehan dialirka untuk menuju proses penyaringan.
6.
Penyaringan
dilakukan dengan lembaran besi yang dilobangi sebesar kira-kira 4mm di seluruh
permukaannya, agar menjadi lelehan plastik akan melewati saringan ini untuk
menghasilkan lelehan plastik berbentuk silinder panjang yang nantinya akn
dipotong-potong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar