Proses Daur Ulang
Eceng Gondok Menjadi Kertas
Seni Organik
Kertas yang dimaksud disini adalah kertas dengan bahan baku tumbuhan seperti
berupa pelepah pisang, jerami, enceng gondok, rumpu ilalang dsb (bukan kayu ).
Kita akan mencoba mengambil contoh membuat kertas dengan bahan bubur kertas
/pulp yang berasal dari enceng gondok.Pengolahan dapat menggunakan cara manual
dan dengan mesin daur ulang kertas
Enceng gondok (Eichhornia
crassipes (Mart.) Solm.) merupakan tanaman gulma di wilayah
perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan
perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal. Enceng gondok
berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif maupun generatif.
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam
waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu
batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau
dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987)
menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1
ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton. Perkembangbiakannya yang
demikian cepat menyebabkan tanaman enceng gondok telah berubah menjadi
tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di Indonesia.
Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh
pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 m. Perkembangbiakan ini juga
dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi),
sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas
masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring
apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian. Salah satu upaya
yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma enceng gondok di kawasan
perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk
kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena
mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp eceng
gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan
dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga
dapat menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga
berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini
Proses Pulping Enceng Gondok
Enceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg enceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH. Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam. Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat enceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya.
Proses Penggilingan Kertas Bekas
Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan enceng gondok. Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5% dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada pulp eceng gondok, mengingat pada proses pulping tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam. Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan. Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar. Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.
D. Pencetakan Lembaran
Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp kertas bekas dan pulp eceng gondok. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar. Pewarnaan dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas. Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam. Sebagai gambaran produksi, dari hasil percobaan pengolahan 1 kg enceng gondok kering dapat menghasilkan 262 lembar kertas seni dengan ukuran 330 x 215 x 0,21 mm.
E. Pengeringan Kertas
Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran. Sistem pengering kabinet (di dalam ruangan dengan blower) akan menjadi alternatif jika terkendala oleh lahan maupun cuaca panas.
F. Kualitas Kertas
Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas. Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan lain-lain. Kertas seni dengan campuran enceng gondok memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas. Berbeda dengan kertas tanpa campuran eceng gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar