Proses Daur Ulang Limbah Logam Berat Cr(VI)
Dengan semakin pesatnya perkembangan
industri dan semakin ketatnya peraturan mengenai limbah industri serta adanya
tuntutan untuk mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan, maka
teknologi pengolahan limbah yang efektif dan efisien menjadi sangat penting,
khususnya untuk limbah yang bersifat B3. Salah satu limbah B3 yang berbahaya
adalah yang mengandung logam berat Cr(VI), yang biasanya berasal ddari industri
electroplating, cat/pigmen dan penyamakan kulit. Logam Cr(VI) menjadi begitu
populer karena sifatnya yang karsinogenik.
Logam Cr di alam terdapat dalam dua bentuk
oksida, yaitu Cr(III) dan Cr(VI). Uniknya hanya Cr(VI) yang bersifat
karsinogenik sedangkan Cr(III) tidak. Toksisitas Cr(III) hanya sekitar 1/100
kali Cr(VI), bahkan menurut penelitian Cr(III) ternyata merupakan salah satu
nutrisi yang dibutuhkan tubuh manusia dengan kadar 50-200 mikrogram per hari.
Cr(VI) mudah larut dalam air dan membentuk divalent oxyanion yaitu kromat dan
dikromat.
Cr(III) mempunyai sifat mudah diendapkan
atau diabsorpsi oleh senyawa organik maupun anorganik pada kondisi basa,
sehingga pengolahan limbahnya dapat dilakukan dengan metode presipitasi di mana
akan terbentuk endapan senyawa hidroksida. Metode ini tidak bisa digunakan pada
limbah yang mengandung Cr(VI), sehingga untuk limbaah yang mengandung Cr(VI)
harus direduksi terlebih dahulu menjadi Cr(III). Hal ini karena pada kondisi
basa akan terjadi reaksi kesetimbangan senyawa dikromat dan kromat seperti di
bawah ini:
Cr2O72-
+ 2OH- <=>
2CrO42- + H2O
Oranye
Kuning
Pada kondisi asam reaksi akan bergerak ke
kiri menjadi dikomat, sedangkan pada kondisi basa kesetimbangan akan bergerak
ke kanan.
Reduksi Cr(VI) menjadi Cr(III)
harus dilakukan dalam suasana asam dengan langkah-langkah sebagai berikut.
Pertama-tama air limbah dikondisikan pada pH 2.0 sampai 2.5 dengan asam sulfat,
asam klorida atau asam lainnya. Kemudian direduksi dengan menggunakan sodium
metabisulfit (NaHSO3), gas SO2, Na2S, H2S,
garam ferro atau bahan pereduksi lainnya. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)
berlangsung cepat dan ditandai dengan perubahan warna dari warna oranye/kuning
menjadi hijau kebiruan. Perubahan warna ini menandakan telah terjadi perubahan
ke senyawa Cr(III). Langkah berikutnya adalah dengan mempresipitasinya dengan
menambahkan unsur OH- yang biasanya dari NaOH atau kapur hidroksida
pada pH 8.5 sampai 9.0. Pada kondisi ini akan terbentuk Cr(III) hidroksida
sesuai dengan reaksi berikut:
Cr6+ + Fe2+ ->
Cr3+ + Fe3+
(proses
reduksi)
Cr3+ + 3OH- ->
Cr(OH)3 (proses
presipitasi)
Pengolahan Cr(VI) bisa dengan cara lain
yaitu dengan cara elektrolisa. Metode ini lebih cocok untuk cairan air limbah
yang konsentrasinya tinggi, sesuai dengan reaksi berikut ini:
Cr2O72-
+ 14H+ + 6e -> 2Cr3+
+ 7H2O
Metode lainnya yaitu dengan penukar ion meski
jarang dilakukan karena memerlukan energi yang sangat tinggi dan bahan kimia
yang sangat banyak. Untuk air limbah organik asam kromat digunakan resin
penukar ion positif yang bersifat basa kuat. Metode lain yang juga dapat
dipergunakan adalah reduksi fotokatalitik, di mana merupakan kombinasi proses
fotokimia dan katalis yang terintegrasi untuk dapat melangsungkan suatu reaksi
transformasi kimia yang berlansung pada permukaan bahan katalis semikonduktor
yang terinduksi oleh sinar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar